Turki: Hasil Autopsi Korban Pastikan Assad Gunakan Senjata Kimia

Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag mengatakan hasil autopsi menunjukkan bahwa senjata kimia memang digunakan dalam serangan yang menewaskan puluhan orang di Idlib, Suriah, dua hari lalu.

Bozdag mengatakan hal tersebut kepada wartawan, Kamis (6/4). Sebanyak 32 korban serangan yang terjadi pada dini hari itu dibawa ke Turki. Tiga di antaranya meninggal dunia tidak lama setelahnya.

“Autopsi dilakukan terhadap tiga jenazah korban setelah mereka dibawa dari Idlib. Hasil autopsi mengonfirmasi bahwa senjata kimia benar digunakan,” kata Bozdag sebagaimana dilaporkan Anadolu, dikutip AFP.

Serangan tersebut menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak, dini hari Selasa lalu. Inggris, Perancis dan Amerika Serikat mengecam tindakan tersebut dan mengajukan draf resolusi kepada PBB untuk mendorong penyelidikan kejadian ini.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam hal tersebut. “Kejahatan perang sedang terjadi di Suriah dan hukum kemanusiaan internasional terlalu sering dilanggar,” ungkapnya.

Amerika Serikat dan Turki menuding pemerintahan Bashar al-Assad berada di balik peristiwa mematikan tersebut. Namun, militer Suriah menampik dan mengatakan tidak akan sekali pun menggunakan senjata kimia.

Di sisi lain, Rusia yang merupakan sekutu Assad menyebut paparan gas beracun terjadi karena serangan udara pemerintah mengenai “gudang teroris” yang menyimpan senjata kimia.

“Investigasi ilmiah ini juga mengonfirmasi Assad menggunakan senjata kimia,” kata Bozdag, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Secara terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga secara publik menyalahkan Assad atas peristiwa ini dan menyebutnya sebagai “pembunuh.”
Organisasi Dokter Lintas Batas mengungkapkan para korban terpapar dua jenis zat, yakni racun syaraf dan kemungkinan klorin.

Mereka juga menyebut serangan kimia itu sebagai yang terparah dalam sejarah perang Suriah.
Setidaknya 72 orang dewasa termasuk anak-anak terbunuh dalam serangan tersebut. (Rinaldy Sofwan/aal/cnn_indonesia).